ngelmu

Posted by Bu Pun Su | Posted in | Posted on 20.18

Mangkono ngelmu kang nyata,
Sanyatane mung weh reseping ati,
Bungah ingaran cubluk,
Sukeng tyas yen denina,
Nora kaya si punggung anggung gumrunggung
Ugungan sadina dina
Aja mangkono wong urip.


Pangkur
Serat Wedhatama

NgélMu – aNgél sadurungé keteMu

Posted by Bu Pun Su | Posted in | Posted on 09.37

Ngèlmu iku kalakoné kanthi laku.
Lekasé lawan kas.
Tegesé kas nyantosani.
Setya budya pangekesé dur angkara.

[Pucung, Wédhatama]
K.G.P.A.A. Mangkunagoro IV

orisinalitas

Posted by Bu Pun Su | Posted in | Posted on 11.04

Posting kali ini tidak membahas banyak. Aku hanya ingin mencatatkan sebuah komen menarik dari seorang teman waktu chatting kemarin.

Orisinalitas hanya ada pada Tuhan dan microsoft
Yak, aku hanya tertarik menuliskan itu dan amat sangat tidak tertarik sama sekali untuk mengulitinya ataupun mengupasnya ataupun membahasnya ataupun apapun... Maklum tidak ada kepandaian...

ps. thanks to qq atas quote itu hehehe

membantu

Posted by Bu Pun Su | Posted in | Posted on 15.05

Hari ini makan pagi seperti biasa. Di tempat biasa juga. Dan dengan kejadian yang biasa juga, mungkin.


Di tengah-tengah menikmati nasi pecel, datang serombongan anak muda seusia lulusan SMA atau mungkin mahasiswa tingkat-tingkat awal. Dua cowok dan dua cewek dateng ke warung sebelah. Datang dan menyapa pemilik warung sebelah. Terasa akrab dengan pemilik warung.
Nah, saat yang hampir bersamaan, pemilik warung sebelahnya lagi langsung melongok ke warung yang didatangi 4 anak muda tadi. Berhubung seperti sebuah insiden, aku jadi ikutan melongok. Kebetulan posisi dudukku menghadap ke warung tersebut.

Ternyata, mereka berempat langsung duduk dan membantu seorang anak muda (mungkin anak pemilik warung atau karyawannya) yang sedang mempersiapkan sayur dan bumbu-bumbunya. Sementara tiga orang temannya sibuk memotong-motong sayuran, cabe, dsb, salah satu cowok mengeluarkan handycam. Nah, ketauan kan motifnya...hehehe...

Awalnya aku mengira keempat anak muda itu, masih saudara, tetangga, atau teman anak dari pemilik warung. Wajar jika mereka terlihat akrab dengan pemilik warung. Ternyata eh ternyata, berdasarkan pengamatan empat mata dan analisis asal-asalan, timbul hipotesis bahwa mereka sekumpulan anak muda (entah anak sekolah atau mahasiswa) yang mendapat tugas (dari kakak kelas atau dari guru atau dosen atau siapapun) untuk meliput atau mengamati kegiatan masyarkat marjinal (maaf, hanya istilah aja kok). Motifnya, kemudian adalah dengan membantu mereka.

Setelah diamati lebih lanjut, kebetulan saat mau membayar nasi pecel plus 2 mendoan, ternyata ibu pemilik warung sedang menyiapkan minuman (mungkin teh) buat mereka berempat. Nah lho. Jadi deh timbul pikiran-pikiran usil.
Pikiran usil tentang kegiatan membantu. Sebenarnya teringat juga waktu tugas mata kuliah Agama saat kuliah dulu yang kurang lebih sama dengan yang mereka lakukan itu. Nah, pertanyaan yang terlintas adalah dalam bentuk apakah yang pantas untuk membantu seseorang yang lain.

Pertanyaan ini muncul karena menyaksikan (dan ditambahkan dengan asumsi-asumsi yang tidak jelas hehehe) adegan demi adegan di warung sebelah walau secara singkat. Asumsi yang muncul adalah sepertinya pemilik warung menanggapi bantuan kecil tersebut angin lalu, merasa tidak terbantu, dan bahkan justru sebaliknya merasa membantu keempat anak muda itu untuk menyelesaikan tugasnya. Nah lho. Jadi siapa membantu siapa???? Ups, kembali ini berdasarkan asumsi dan opini dari pengataman empat mata lho. Dalam hati orang siapa yang tahu?

Jadi kembali ke pertanyaan semula. Bentuk bantuan apa ya yang pantas untuk seseorang. Nah, tadi sempat terpikir. Bahwa setiap orang punya nature-nya masing-masing. Setiap orang punya panggilan masing-masing. Anak-anak punya nature untuk bermain. Lebih dewasa lagi dia terpanggil untuk belajar. Setelah dewasa akan memiliki nature untuk berkarya apapun bentuk karyanya. Nah, disinilah bentuk bantuan disesuaikan dengan nature-nya masing-masing. Lebih detail lagi harus jeli dan peka menangkap kebutuhan mereka yang dibantu.
Begitu deh, justru inilah yang sulit...karena akupun tidak peka dan tidak punya kepandaian...

Master Tarno, The Master of Traditional Magic

Posted by Bu Pun Su | Posted in | Posted on 15.18

Beberapa waktu lalu, The Master menampilkan dan menganugerahkan gelar Master kepada seorang Magician yang bukan jebolan ajang The Master. Sosoknya yang sederhana dengan sulap yang sederhana pula dan dengan keluguannya telah menarik sambutan dari para penonton saat itu. Namun kali ini, saya tidak akan membahas sosok ini. Tapi akan mengutip komentar Bapak yang satu ini yang dikutip dari sebuah tabloid.

Kalau hati kita sudah tercurah kepada apa yang akan kita lakukan, secara otomatis kita akan menyenangi kegiatan kita. Kalau kita senang dengan kegiatan kita, hasilnya akan maksimal
Kata-kata yang bagus...maklum aku tidak ada kepandaian...

javanova, ngidam yang kesampaian, tapi muahallll

Posted by Bu Pun Su | Posted in | Posted on 11.07


Yak, beberapa hari lalu sempat ngidam javanova. Awalnya jalan-jalan di mal di jakarta dan mampir di toko musik. Lha kebetulan terlihat tuh cd javanova. Karena sebelumnya sudah nge-fans sama Bosanova Jawa, ya langsung tertarik dengan cd ini. Lihat di cover-nya dan baca judul lagu-lagunya, jadi makin suka deh. Sayang, saat itu belum ada keinginan kuat untuk beli.
Berhubung makin lama makin pengen alias ngidam, akhir kata pergi juga ke Disc Tarra. Beli deh. Dan sambil nyengir-nyengir menahan sakit akibat MAHAL..hahahaha, akhirnya terbeli juga.
Langsung didengerin. Dan MANTABB.... Apalagi yang Ande-Ande Lumut.
hehehehe tetap saja mendengerinnya dengan tidak ada kepandaian...

kriteria kemiskinan

Posted by Bu Pun Su | Posted in | Posted on 15.20

Awalnya penasaran untuk memperoleh update data kabupaten kota dari BPS. Ternyata ada link menarik di BPS mengenai putusan sidang kriteria kemiskinan. Jadinya penasaran, sebenarnya apa saja sih kriteria kemiskinan?


Setelah googling, akhirnya dapatlah kriteria kemiskinan sebagai berikut:
Rumah tangga yang memiliki ciri rumah tangga miskin, yaitu:

  1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang
  2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
  3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.
  4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.
  5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
  6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.
  7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.
  8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
  9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
  10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
  11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
  12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0, 5 ha. Buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan.
  13. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.
  14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
Hahaha dijamin banyak yang protes termasuk para penggugat dalam kasus tersebut. Seperti pendapat SRMI yang menilai bahwa kriteria kemiskinan mencakup Makanan, Pakaian, Tempat Tinggal, Pendidikan, dan Kesehatan.

Yah, karena memang tidak ada kepandaian, ya aku ga bisa menilai mana yang benar atau salah. Secara yuridis, karena sudah diputuskan pengadilan, BPS benar mengenai kriteria yang digunakannya. Secara statistik, mungkin, kriteria-kriteria itu semacam proxy kali ya yang memudahkan untuk penilaian...

Yah apapun itu... aku tetap tidak ada kepandaian...

Pho Ang-Soat

Posted by Bu Pun Su | Posted in | Posted on 11.34

Beberapa hari ini, status messenger-ku selalu pakai "Yap Kay vs Pho Ang-Soat". Mengapa pakai status ini? Jawabannya karena lagi 'kesengsem' dengan cerita dua jagoan cersil ini.

Mereka pertama kali dipertemukan di cerita "Peristiwa Merah Salju". Kemudian mereka terpisah di cerita yang tokohnya adalah masing-masing dari mereka: "Rahasia Mo-Kau Kaucu" kisah si Yap Kay dan "Peristiwa Bulu Merak" kisah si Pho Ang-Soat. Akhirnya mereka dipersatukan kembali dalam "Kilas Balik Merah Salju".

Tapi kali ini aku tidak ingin bercerita tentang cerita-cerita itu. Silakan baca sendiri. Hehehehe.
Salah satu yang menarik dari kisah saga ini (cerita-cerita itu merupakan bagian dari saga Pisau Terbang), adalah tokoh Pho Ang-Soat. Mungkin tidak bisa dibandingkan secara langsung dengan semenariknya tokoh Wei Siau Po di "Pangeran Menjangan"-nya Chin Yung. Pho Ang-Soat menurutku masih disebut 'hero' (banyak orang menyebut Wei Siau Po itu antihero). Justru yang menariknya adalah karakter si Pho Ang-Soat ini.

Pertama, Pho Ang-Soat meski jago bermain golok dan sudah dalam taraf hampir tiada tandingannya, oleh Khu Lung dia digambarkan penyakitan. Mungkin masih mengikuti pakem penggambaran tokoh Li Sun-Hoan si Pisau Terbang yang juga guru dari Yap Kay yang digambarkan berpenyakitan (kabar-kabarnya si Siau-Li ini justru mengidap penyakit TBC meski dalam urutan senjata, akhirnya pisau terbangnya dinyatakan dalam urutan pertama), Pho Ang-Soat juga digambarkan berpenyakitan. Pho Ang-Soat sejak lahir mengidap polio. Sehingga kakinya pincang dan cara jalannya lucu (ini murni penggambaran di cersilnya, bukan bermaksud untuk mendiskreditkan mereka yang juga mengidap polio). Meski juga digambarkan memiliki kecepatan yang luar biasa dalam mengejar orang, Pho Ang-Soat juga lebih sering digambarkan berjalan lambat dengan cara jalannya yang khas itu. Itulah kehebatan Khu Lung, seorang yang sudah polio masih ditambahkan mempunyai penyakit ayan yang kadang-kadang sering kambuh apalagi saat mengalami tekanan emosi yang berlebih.

Kedua, yang lebih menyayatkan. Pho Ang-Soat mengalami masalah psikologis. Yak, Khu Lung memang gemar mengupas sisi psikologis tokoh-tokohnya. Termasuk Pho Ang-Soat ini. Pada awalnya, dia yang baru saja turun gunung, harus membawa beban berat untuk membalas dendam atas kematian ayahnya. Tekanan psikologis timbul karena sejak kecil dia dididik untuk membalas dendam dengan segala latihan-latihan ilmu silatnya. Yang lebih menohok, di akhir cerita ketika semuanya terbuka..ups spoiler. Akhir cerita ini lah yang membuat beban psikologisnya makin parah. Di cerita "Peristiwa Bulu Merak", beban psikologis ini sudah hampir terkikis dan menurutku sudah hilang di akhir cerita "Kilas Balik Merah Salju"
Ya..begitulah cerita si Pho Ang-Soat. Tokoh yang menarik saat ini bagiku. Begitulah yang tanpa kepandaian....

berbagi data

Posted by Bu Pun Su | Posted in | Posted on 10.50

Yap, bagi yang membutuhkan - tepatnya buat mengingatkan diri sendiri - data-data propinsi dan kabupaten/kota di Indonesia, berikut aku berbagi tautan. Untuk data propinsi, silakan dapat dilihat di wikipedia. Sedangkan untuk data-data kabupaten/kota, dapat dilihat disini (sepertinya belum update terbaru).


Indahnya jika data-data referensi seperti ini dapat memiliki keseragaman pengkodean.... hahaha biasa tidak ada kepandaian....

belenggu dan kukusan

Posted by Bu Pun Su | Posted in | Posted on 03.26

"... setiap orang kebanyakan mempunyai keranjang kukusan sendiri, juga mempunyai belenggu sendiri, "...
"Hanya sedikit sekali orang yang mampu melepaskan belenggu sendiri"
...
"... cara bagaimana dapat kau lepaskan belenggumu itu?"
...
"Ah, aku sudah dapat menembus jalan pikiran ini."
...
"Seseorang bila sudah dapat menembus pikirannya yang tersesat, imbalan yang sudah dikeluarkannya pasti tidak sedikit..."

dari Si Pisau Terbang, Gan KL

tidak bergeming

Posted by Bu Pun Su | Posted in | Posted on 07.34

..."Bergeming pun tidak, darimana kau bisa menilai bahwa dia seorang kosen?"
"Justru karena dia tidak bergeming, maka dia adalah orang kosen yang tiada bandingan di dunia ini."
"Apakah tidak bergerak lebih sukar dari bergerak?"
"Jauh lebih sukar."
"Aku tidak mengerti."...

..."Dia tidak bergerak, apakah kau tidak punya peluang untuk menyerangnya?"
"Tidak bergerak berarti bergerak, titik terakhir dari segala perubahan gerak itu adalah tidak bergerak."
"Terlalu banyak lubang kelemahan, akhirnya berubah tiada lubang kelemahan, karena bila sekujur badan seperti sudah kosong hampa tanpa isi, maka kau takkan tahu darimana kau harus turun tangan."...

dikutip dari Peristiwa Bulu Merak, Gan KH

Kegagalan adalah sukses yang tertunda

Posted by Bu Pun Su | Posted in | Posted on 09.17

Kemarin, seorang teman berkomentar lewat chat, "kegagalan adalah sukses yang tertunda". Jadinya langsung teringat dengan postingan sebelumnya (refer: Kegagalan adalah enjoy yang tertunda). Langsung saja, aku balas dengan "sukses adalah kegagalan yang tertunda". Kalau bingung, lihat kembali aja postingan sebelumnya.

Intinya, kalau x = y, maka y = x kan? Jadi pada dasarnya, kita tak pernah tau apakah yang akan terjadi ke depan. Apakah setelah kegagalan bakal muncul kesuksesan? Apakah setelah kesuksesan bakal muncul kegagalan?

Yah...tetap tidak ada kepandaian....

puisi...

Posted by Bu Pun Su | Posted in | Posted on 13.22

Aku ingin menanya, dalam dunia,
Cinta sebenarnya benda apa,
Yang membikin pemuda-pemudi, matipun rela,
Satu ke selatan, satu ke utara,
Dua-dua jauh mengembara,
Jauh mengembara, sudah berapa tahunkah?
Berkumpul menerbitkan kegirangan,
Berpisah menimbulkan penderitaan.
Karena itu, pemuda-pemudi jadi hilang ingatan.

Kau harus memberitahu,
Sesudah melalui awan putih berlaksa li dan ribuan gunung yang tertutup salju,
Siapakah yang dicari olehmu?

(Sin Tiauw Hiap Lu, Boe Beng Tjoe)

progress paradox dan negativisme criticism

Posted by Bu Pun Su | Posted in | Posted on 11.01

Tadi pagi dengar radio yang kebetulan dengan narasumber Rhenald Kasali. Topik pembahasan sebenarnya lebih cenderung mengenai krisis yang sedang kita hadapi termasuk bagaimana kita melihat dan mengantisipasinya..halah...

Tapi yang menarik justru adalah dalam percakapan tersebut, Rhenald sempat menyinggung masalah progress paradox. Progress paradox kurang lebih berarti bahwa progress atau kemajuan pada dasarnya ada dan terjadi namun tidak pernah terasakan bahwa progress itu ada dan terjadi. Mmm.. menarik. Mungkin seperti sekarang ini. Pemerintah sering meng-klaim ada beberapa kemajuan. Sepertinya masyarakat merasa tidak mengalaminya. Entah ini klaim pemerintah menggunakan dasar yang beda atau bagaiamana, tidak tahulah.... hehehe.

Berikutnya adalah mengenai kritis. Hal ini dipertentangkan dengan optimisme. Kalau yang disampaikan itu yang positif untuk menuju optimis itu jadi tidak menarik alias tidak kritis. Jadi biar kritis harus menyampaikan yang negatif-negatif. Hahahaha....

Ya itulah laporan hari ini..., Maaf kalau salah kutip. Harap maklum.. tidak ada kepandaian.

Harga BBM dan Tarif Angkutan Umum

Posted by Bu Pun Su | Posted in | Posted on 17.15

Semua pasti sudah tahu bahwa pemerintah sudah menurunkan harga BBM 3x, @Rp500. Efeknya jelas, langsung jadi iklan PD.

Masalahnya, logikanya, jika harga bbm turun maka yang paling cepat turun harusnya tarif angkutan umum. Lha kok lama ya turunnya? Kok ga otomatis turun ya, mesti pakai SK dsb. Kalo pas naik, lha kok cepet ikutan naik. Malah demo-demo segala yang notabene, konsumen alias penumpang yang rugi, harus jalan atau naik ojek. Seharusnya kalau tarif ga turun-turun konsumen yang gantian demo organda... hehehehe

Lha mengenai hal ini, bapakku malah komentar: mending harga bbm ga usah diturunin aja sekalian. Biar nambah pendapatan negara. Hahaha yang ini aku setuju banget. Daripada tarif angkutan umum plus harga barang-barang yang ga mau turun-turun, mending harga bbm ga usah diturunin sekalian. Lumayan buat nambah pendapatan negara!!

Tapi pasti ide ini bakal tidak disetujui. Dengan mudah dapat ditebak para anggota legislatif pasti berlomba-lomba minta diturunkan harga bbm itu. Alasannya pro rakyat... Hahaha padahal meneketehe... Kalau saya jadi presiden, pasti juga bakal mengambil keputusan seperti Bapak Presiden. Meski tahu bahwa harga-harga tidak otomatis turun mengikuti harga turunnya harga bbm, daripada dijegal-jegal terus sama anggota legislatif mending harga bbm diturunin, lumayan dapat jadi iklan gratis kampanye...hahahaha

Ya apapun itu, ini juga analisis ga jelas... maklum tidak ada kepandaian