Kegagalan adalah enjoy yang tertunda
Posted by Bu Pun Su | Posted in ngelantur | Posted on 01.32
Pernah lihat iklan LA Lights yang tagline-nya "Kegagalan adalah enjoy yang tertunda"? Dalam iklan tersebut kata sukses dicoret dan diganti dengan enjoy. Sebuah tagline yang sangat menarik. Bukan sekedar bahwa waktu masih SD, aku selalu memakai motto "Kegagalan adalah sukses yang tertunda". Waktu itu, motto itu benar-benar powerfull untuk menyemangati diriku ini jika mengalami kegagalan-kegagalan dan membangkitkan semangat lagi.
Sekarang, kita akan membahas dan mengomentari tagline tersebut.
Pertama, dengan sudut pandang yang sedikit berbeda, "Kegagalan adalah sukses yang tertunda" adalah wujud dari sebuah harapan yang 'dipaksakan' muncul untuk mengatasi kegalauan atas sebuah kegagalan yang diterima. Atau dari sisi yang sedikit lebih berbeda, tagline tersebut dapat diartikan sebagai sebuah 'pembenaran' semata. Ketika sebuah kegagalan datang, seseorang akan cenderung ('insting' mungkin) untuk mencari kesalahan-kesalahan di luar kesalahan dirinya sendiri. Bisa menyalahkan orang lain, menyalahkan situasi, menyalahkan kondisi, menyalahkan alam, bahkan menyalahkan nasib dan takdir. Ketika sudah terjebak pada situasi menyalahkan dan tidak menemukan kesalahan, seseorang akan berusaha untuk membesarkan hati yang sebenarnya adalah semacam 'pembenaran' semata untuk membuat hati menjadi lega atas kondisi dari sebuah kegagalan.
Kedua, coba rumusan tagline tersebut dilihat dari sudut pandang yang lain lagi yang sedikit mengarah ke logika. Logikanya, jika sebuah "kegagalan adalah sukses yang tertunda". Bukankah memungkinkan pula logika bahwa "sukses adalah kegagalan yang tertunda"? Kondisi kedua ini yang sekiranya jarang orang perhatikan karena kembali pada pembahasan pertama. Kembali ke bahasan pertama, tagline "kegagalan adalah sukses yang tertunda" lebih digunakan untuk 'pembenaran' diri dan mengingkari adanya kenyataan yang lain yaitu 'sukses adalah kegagalan yang tertunda'.
Mengenai bahasan kedua, ada sebuah cerita yang seringkali menjadi selipan dalam wejangan atau kotbah. Cerita ini mudah didapatkan dari beragam buku yang berisi tentang anekdot yang bermuatan petuah atau permenungan. Ceritanya seperti berikut:
Katakanlah di suatu saat, tinggalah seorang petani dan anaknya yang berusia remaja. Petani tersebut memiliki seekor kuda. Kuda betina itu selama ini sangat membantu banyak pekerjaan petani terutama dalam mengangkut hasil taninya.
Suatu saat, kuda tersebut lari dari kandangnya dan lari ke hutan yang tidak jauh dari pemukiman penduduk. Tetangga petani itu yang mengetahui berita tersebut berusaha menghibur petani. Tetapi petani tersebut, dengan tenang menjawab, "Apakah ini sebuah kemalangan?"
Beberapa hari kemudian, tiba-tiba muncul dari hutan, kuda petani yang hilang itu dan menuju ke rumah pak petani itu. Yang mengagetkan adalah di samping kuda itu berjalan beriringan sebuah kuda jantan liar yang gagah, kuat, dan bagus. Kuda liar itu sepertinya mampu melakukan kerja apapun dengan kekuatannya. Melihat hal itu, tetangga sekitar menyalami pak petani dan memberi selamat. Sekali lagi, pak petani hanya menjawab, "Apakah ini sebuah keberuntungan?"
Karena kuda liar tersebut begitu gagah, anak petani tergoda juga untuk menungganginya. Awalnya, kuda liar tersebut dapat ditaklukkan. Anak petani itu dengan bangganya berkeliling menunggangi kuda liar tersebut. Tiba-tiba kuda itu marah dan melempar jatuh anak petani. Akibatnya, anak petani mengalami cacat di kakinya. Dengan maksud ikut berbela sungkawa atas kejadian itu, para tetangga mengunjungi rumah petani itu. Kembali, pak petani hanya menjawab, "Apakah ini sebuah kemalangan?"
Sebulan kemudian, datanglah ke desa itu, sekelompok prajurit kerajaan. Komandan pasukan itu kemudian memberikan pengumuman kepada penduduk desa. Isinya bahwa kerajaan sekarang dalam kondisi perang. Oleh karenanya, semua warga yang sehat jasmani dan masih kuat diwajibkan untuk mengikuti wajib militer dan akan dikirim perang. Pak petani sudah berumur lanjut sehingga tidak memungkinkan untuk dikirim ke medan perang. Karena cacat akibat jatuh dari kuda, anak petani juga tidak terkena wajib militer. Pak petani kembali mengucapkan, "Apakah ini sebuah keberuntungan?"